Ella Chedburn ×  Bayu Ratmanda & M. Riduwan
Water Memories, Cycle of Resilience
, 2023
Interactive projection into water
Single-channel video

Kami menemukan empat pengorbanan masa lalu Tulungagung untuk menanggulangi banjir: petani yang meninggalkan sawahnya untuk direlokasi demi bendungan; batu yang ditambang untuk membangun infrastruktur; nyawa orang-orang yang melayang saat pembangunan; ijuk dan kerbau yang diberikan sebagai persembahan selama Ringin Kurung. Terinspirasi dari penelitian pseudosains  tentang air yang memiliki ingatan, kolam air ini menghormati kenangan masa lalu kita yang kelam.

Ketika air disentuh, video akan berubah: setir berputar, melepaskan akar pohon yang menyerap air dan kenangannya. Setelah akar-akar tersebut menghilang, air serta kenangannya kembali. Semesta akan menemukan caranya untuk menjaga keseimbangan. Begitupun kita sebagai subjek aktif akan selalu berusaha menemukan cara untuk bertahan. Jika banjir adalah siklus yang berulang, maka kita harus bersiap untuk segala kemungkinan. Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?

We uncovered four past sacrifices in Tulungagung’s efforts to reduce flooding: farmers who abandoned their rice fields to relocate for dams; stone mined for building infrastructure; human lives lost during construction; ijuk and buffalo given as offerings during Ringin Kurung. Inspired by pseudoscientific studies into water having memory, this pool of water honours the memories of our dark past. 

When the water is touched, a different video is triggered: a dam wheel spins, unleashing tree roots which absorb the water and its memories.  After, the roots recede and the water remembers once again. The universe will always find its way to maintain balance. Likewise, we as active subjects will always try to find ways to survive. If flooding is a recurring cycle, then we must be prepared for all possibilities and learn from the past. Isn’t prevention better than the cure?