Pekan Ketiga:
Produksi Karya

Silang Residensi - Pekan Kebudayaan Nasional 2023 - kuratorial Sedekah Bumi Project Gulung Tukar sebagai host - seniman residensi: Noirlab Collective, Bogor

oleh Benny Widyo

Minggu (10/9) setelah semalam sebelumnya kami menonton pertunjukan Kidung Lesung sampai larut malam, plus dilanjutkan makan nasi ayam di Pedesan Ngadi, pagi hingga siang kami manfaatkan untuk beristirahat dan membahas lagi tentang konsep karya. Alica dan Rama juga mencoba mencari beberapa barang untuk kebutuhan kostum. Sorenya kami bertemu dengan mbak Nila (penari) kolaborator teman-teman Noirlab untuk karya yang akan dibuat.

Gagasan karya semakin dimatangkan pada pekan ketiga ini. Rama dan Yoga sebagai perwakilan Noirlab telah menentukan untuk merespons arsip yang pernah dikerjakan Gulung Tukar pada proyek sebelumnya. Arsip itu adalah tentang cerita Baru Klinthing versi lakon kentrung Mbok Gimah yang dikerjakan oleh Yayak Priasmara untuk Buka Kunci, Tangkap Layar proyek pengarsipan yang diselenggarakan Gulung Tukar pada 2020. Mbok Gimah adalah maestro kentrung yang telah wafat pada tahun 2018. Dia tidak memiliki naskah, semua ada dalam ingatannya. Arsip tentang mbok Gimah mungkin beberapa video rekaman ketika Dia sedang ‘ngentrung’ yang kemudian diolah oleh mas Yayak dalam sebuah buku naskah bilingual (Jawa dan Indonesia) dua versi (panjang dan pendek). Arsip berupa naskah ini sebelumnya pernah direspons oleh Aprilia El Shinta menjadi sebuah buku ilustrasi pada 2022. Hingga berlanjut pada proyek yang akan dikerjakan oleh teman-teman Noirlab Collective ini pun akan merespons arsip-cerita tersebut ke dalam satu rangkaian proses perilisan musik. Mulai dari audio, video, hingga merchandise akan menjadi bentuk-bentuk rilisan yang diadaptasi oleh Noirlab untuk residensi ini. Dari beragam output tersebut kemudian mereka akan menyajikannya dalam sebuah bentuk instalasi ruang tamu pada pameran di Galeri Nasional nanti. 

Setelah gagasan matang dan sejalan dengan pembagian sub-tema yaitu tentang strategi ekonomi kolektif, maka proses selanjutnya tentu saja produksi karya. Karya ini akan berkolaborasi dengan Anugrah Natalin Nilawati sebagai performer untuk video dan Yayak Priasmara dari Sanggar Seni Gedhang Godhog untuk mengisi parikan. Kedua kolaborator ini dipilih dengan beberapa alasan khusus. Mas Yayak tentu karena dia dan sanggarnya adalah pelestari seni tutur serta kami menggunakan arsip yang dikerjakannya, jadi kami merasa Yayak akan menjadi kolaborator yang tepat serta memahami cerita secara lebih mendalam. Kemudian, Nila dipilih karena untuk tipikal gerak ketubuhannya cocok dengan gagasan yang kami punya. Selain itu faktor waktu juga menjadi pertimbangan, 2 kali Gutu pernah berkolaborasi dengan Nila dengan tipikal gerak tari dan kolaborasi yang kurang lebih sama.  Untuk tim produksinya kolaborasi antara tim Gutu dan Noirlab yang akan kedatangan 2 orang lagi untuk membantu prosesnya.

Senin (11/9) Raka dan Yana, dua petugas kolektif lainnya dari Noirlab telah datang ke Tulungagung. Hari ini mereka langsung membagi tugas untuk mempersiapkan perlengkapan dan artistik untuk video yang akan diproduksi.

Selasa (12/9) Hari ini dimulai workshop untuk menentukan gerakan tari seperti apa yang dilakukan Nila ketika take video di Amphitheater. Proses ini bukan sekadar penari yang mengikuti musiknya seperti apa, tetapi saling mengisi dan diskusi untuk menentukan baik gerakan tari atau musiknya akan seperti apa. Workshop ini berakhir sebelum maghrib, setelah itu terlihat Yoga, Raka, dan Yana sibuk berbelanja. Ternyata mereka memasak liwetan ala sunda untuk dimakan bersama. Akhirnya setelah hari-hari yang lumayan padat, malam ini kami bersantai sejenak dan bercengkrama sambil santai menikmati minum dengan damai.

Rabu (13/9) persiapan semakin intens, baik dari artistik, peralatan, hingga workshop semakin dimatangkan. Hari ini juga cukup padat di Gutuhaus karena ada perilisan zine oleh dua member Gutu (Dadang & Lala) serta beberapa temannya. Hari ini juga kami kedatangan Song Yi, kurator dari Shanghai yang sedang berkunjung ke Tulungagung untuk menemui Moelyono.

Kamis (14/9) Today is the day! Produksi! Rencana awalnya kami ingin take video mulai pagi, tetapi karena ternyata prepare beberapa perlengkapan masih perlu dilembur hingga dini hari, jadi kami mengubah jadwalnya. Ternyata itu jadi tanda dari semesta, setelah hanya mendung berhari-hari, pagi itu hujan turun membasahi. Alhasil kami merubah jadwalnya mulai siang hari. 

Sekitar pukul 11 tim sudah mulai loading, Nila; Rama; dan Alica sebagai performer stand by pukul 1 siang. Setelah semua persiapan selesai, kami take video sekitar pukul 3 sore hingga tepat waktu adzan Maghrib. Setelah selesai beberes dan kembali ke Gutuhaus, kami beristirahat sebelum kemudian melanjutkan produksi. Malam itu kami menuju ke Sanggar Seni Gedhang Godhog untuk take audio vokal-musik dari Yayak Priasmara dan tim.

Jum’at (15/9) dan Sabtu (16/9) kami gunakan sebagai hari libur untuk beristirahat setelah diforsir persiapan dan produksi karya. Pada hari Jumat, geng Noirlab lawatan ke Kediri untuk menonton gigs teman-teman mereka yang sedang tur di Kediri. Kemudian hari Sabtu kami menuju ke selatan Tulungagung untuk menikmati pantai. Pantai pertama yang kami kunjungi adalah Pantai Brumbun, kemudian Sawahan Ombo yang berjarak sekitar 20 menit dengan berjalan kaki dari Brumbun. Liburan ke pantai kami tutup dengan makan seafood di pantai Klathak. Malamnya sesampai di Gutuhaus kami mendapatkan kunjungan dari Geng Susuhan Art Farm (Kunting dan Ima) serta Trio dan Romi seniman silang residensi Lawatan Jalan Terus di Kediri.