Bekonang Hari Ini: Cerita Panji dan Situs yang Masih Berfungsi

Silang Residensi - Pekan Kebudayaan Nasional 2023 - kuratorial Sedekah Bumi Project Gulung Tukar sebagai seniman residensi -- host: Ruang Atas, Sukoharjo

oleh Agustin Dwima & Sulthon Amanulloh

(30/8) Hari pertama residensi, kami melakukan riset awal sekaligus wawancara yaitu bertemu dengan Mas Panji, seorang penulis dan penggiat budaya yang tinggal di Mojolaban, Sukoharjo. Kami datang ke rumahnya, kemudian bergeser ke tempat makan soto sambil mengobrol tentang Bekonang. Diceritakanlah kepada kami mengenai Bekonang pada era Kerajaan.

 

Berikut catatan cerita mas Panji tentang Ki Ageng Konang:

Awal mula cerita ada seorang tokoh dari Kerajaan Majapahit bernama Kiai Konang yang merupakan mantan adipati kerajaan Majapahit. Konang sendiri sebenarnya nama inisial yang artinya kunang-kunang yaitu bercahaya). Kiai Kunang sering mengajari cara bertani pada penduduk agar bisa meningkatkan produktivitas pertanian. Pengetahuan ini mungkin didapatkan ketika menjadi seorang adipati atau pejabat di majapahit yang tentu memiliki akses terhadap pengetahuan terutama di bidang pertanian yang menjadi mata pencaharian utama di desa sebelah timur Bengawan Solo tersebut.

Kiai Konang bersama masyarakat desa tersebut sepakat membentuk sebuah pasar sebagai tempat saling menukar, menjual dan membeli bermacam-macam hasil bumi dan ternak. Tidak lama kemudian pasar tersebut berkembang pesat dan sangat ramai. Hingga sekarang pasar tersebut masih berdiri dan makam kiai bekonang tersebut masih ada.

Namun seiring berjalannya waktu saat pasar yang dibentuk masyarakat dan kiai Konang ramai dan berkembang pesat sehingga menarik para jagoan pasar/preman untuk memalak para pedagang pasar. Berbekal sebuah clurit para jagoan pasar tersebut terus meneror para pedagang pasar. Tidak sebatas meneror saja akan tetapi juga tak segan-segan mengobrak-abrik pasar. Kiai Konang sebagai pengrawat pasar tersebut sebenarnya memendam rasa marah tapi karena dia menyembunyikan identitasnya sebagai mantan adipati Majapahit dia tidak mau untuk berurusan dengan para preman-preman tersebut. Hingga teror terus berlanjut dan Kiai Konang sampai pada batas kesabarannya  dan memutuskan untuk melawan para preman tersebut.

Akhir cerita daerah tersebut terbagi menjadi dua kubu, kubu putih dan kubu hitam. Kubu putih dipimpin oleh kiai Konang dan orang-orang pasar, kubu hitam dipimpin oleh ki Anggaspati dan preman-preman daerah tersebut. Senjata Kiai Konang yaitu pecut sakti dan ki Anggaspati dengan kapak maut. Pertarungan pun terjadi, Ki Anggaspati kalah dan ia terpental jatuh, kemudian Kiai Konang menyuruh masyarakat desa untuk membawa Ki Anggaspati yang tidak sadarkan diri untuk dimandikan di sebuah embong panguripan dan dengan ajaib luka-luka ki Anggaspati langsung sembu

Setelah selesai makan soto sambil mengobrolkan banyak hal, kami bergeser ke Pasar Bekonang yang terletak di pusat Kecamatan Mojolaban. Ada bangunan yang merupakan peninggalan dari era Belanda. Diketahui bahwa bangunan tersebut merupakan tempat para pimpinan di wilayah Kawedanan Bekonang (yang sekarang menjadi wilayah Kecamatan di Sukoharjo diantaranya: Mojolaban, Polokarto dan Bendosari). Kawedanan Bekongan sendiri, pada masa itu, meruapakan 1 dari 3 Kawedanan (bersama Sukoharjo dan Kartasura).

Bangunan yang berbentuk limas seperti Balai Desa itu sekarang digunakan untuk tempat perkumpulan atau ruang untuk kegiatan seni. Kawedanan sendiri adalah sebuah kantor bagi Wedono,  pejabat setingkat di bawah Bupati dan di atas Camat yang berlaku pada masa Hindia Belanda. Sejak adanya otonomi daerah, Sukoharjo menjadi Kabupaten pada 15 Juli 1946, Kawedanan Bekonang sudah tidak difungsikan dan digantikan dengan Kecamatan Mojolaban. Bekas gedung Kawedanan Bekonang sempat difungsikan sebagai kantor dinas Pembantu Bupati Kepala Daerah Wilayah Mojolaban. Namun saat ini setelah struktur Kawedanan tidak ada lagi bangunan ini menjadi aset Kecamatan Mojolaban dan masuk dalam Data Inventaris Benda Cagar Budaya Kabupaten Sukoharjo.

Wilayah yang kami kunjungi ini konon adalah tempat dimulainya peradaban di Era Ki Ageng Konang. 

Setelah dari Pasar, kami kembali ke rumah Mas Panji. Di sana kami diceritakan akan Keris, karena mas Panji memiliki banyak sekali koleksi akan keris.

Sumber:

Wawancara dengan Panji Sukma pada 30 Agustus 2023

Skripsi Kodaryadi (ISI Surakarta) yang berjudul “Mitologi Desa Bekongan Divisualkan dalam Relief Logam dengan Penerapan Figur Wayang Beber”

History of Bekonang (Buku Gambar)