Drawing atau menggambar menjadi bentuk seni yang paling jamak ditemui, tidak hanya bagi pelaku atau seniman, tapi juga bagi seluruh audiens, partisipan dan pemangku kepentingan. Praktik ini digunakan dalam berbagai kepentingan, dari fine arts, pop culture, arsitektur, hingga terapi. Genre, teknik, hingga mediumnya pun tak kalah beragam. Pada perkembangannya hari ini, drawing tak lagi terkotakkan, seperti halnya banyak praktik seni dan hal lainnya dalam kehidupan kita. Semua semakin baur dan hybrid. Banyak hal dikombinasikan dan dikolaborasikan, para praktisi berlomba-lomba menemukan ramuan yang tepat dengan mengolah bahan-bahan yang sudah ada, bahkan matang sebelumnya. Tapi leburnya praktik-praktik tidak menyurutkan tiap disiplin untuk tetap mengelola dirinya. Komunitas-komunitas berbasis praktik seni seperti drawing, fotografi, atau bahkan lebih spesifik seperti fotografi analog atau mural, banyak yang lahir dan mengembangkan dirinya. Kesamaan ketertarikan memang selalu menjadi satu alasan yang tepat untuk bersosialisasi dan bergerak secara berkelompok. Begitupun dengan inisiasi Hari Menggambar Nasional oleh Forum Drawing Indonesia ini yang tentu menggunakan praktik menggambar sebagai benang merahnya.
Inisiasi-inisiasi seperti ini selalu patut untuk dinanti. Salah satunya karena kemampuannya untuk memantik aktivasi dan inisiasi program-program lainnya di berbagai waktu dan tempat yang berbeda. Indonesia selalu digambarkan sebagai negara yang luas dan beragam, berikut budaya tradisional dan populernya. Upaya membangun jaringan dan solidaritas seperti ini harus didukung dan diperkuat. Jika diperhatikan, pola yang berulang terjadi pada fluktuasi praktik-praktik kesenian kita. Dalam ranah visual, gambar sempat termarjinalkan oleh kebangkitan seni konseptual, abstrak, atau pergerakan kontemporer lainnya (Mayhew, 2010). Begitupun pertanyaan yang sering muncul ketika medium baru sedang naik daun, seperti, “apakah radio akan mati?” dengan kehadiran televisi, atau, “akankah fotografi akan tidak dipakai lagi?” ketika video banyak dipergunakan dalam praktik dokumentasi. Toh akhirnya kita sebagai subjek aktif dan kreatif, selalu menemukan cara untuk merawat praktik dan disiplin seni yang kita amini. Tentu dengan turut berkembang bersama percepatan modernitas hari ini.
Paste It Here, There, Everywehere adalah program yang diinisiasi untuk turut merayakan Hari Menggambar Nasional. Kami memilih stiker sebagai medium dan kata kunci untuk dikelola. Seni stiker adalah sub-genre dari graffiti dan street art. Seni stiker, seperti graffiti, adalah sebuah permainan komunikasi yang memberikan kemampuan untuk menunjukkan sebuah pergerakan (Mcdonald, 2001). Seni-seni jalanan selalu terkait erat dengan kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan geografis dalam berbagai skala: lokal, nasional, global. Dalam sebuah kota, street art adalah bagian dari subkultur yang menempati posisi subordinat, yang secara simbolis melawan budaya dominan. Untuk itu pergerakan secara berkelompok, kolektif, atau berbasis komunitas banyak hadir dalam kultur anak muda. Mereka dengan ketertarikan sama berkumpul, bergerak, dan memperkuat solidaritas. Tapi, pada posisi yang berlawanan, street art dipandang dan dikelola dalam pertemuan dua sudut pandang: (1) sebagai sesuatu yang mengotori atau merusak dan (2) sebagai sesuatu yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan hiburan atau wisata. Sebagai bagian dari street art, seni stiker pun memiliki kemampuan dan mengalami perkembangan yang tak jauh berbeda.
Seni stiker adalah gerakan seni yang terbentuk melalui penciptaan dan distribusi stiker—kertas kecil dengan perekat, yang muncul di tempat-tempat sulit, bahkan tidak mungkin, untuk menghadirkan seni-seni jalanan (Vasileva, 2021). Ukuran yang relatif kecil itu membuat stiker lebih mudah didistribusikan, bahkan hingga lintas negara. Seperti halnya seni-seni jalanan lainnya yang bisa saling merespons, meskipun tidak secara langsung dan spesifik karena biasanya stiker sudah dipersiapkan sebelumnya. Praktik menempel stiker berdekatan atau menumpuk pada stiker (seniman) lainnya ini biasa disebut kombo, yang menjadikan stiker lebih menarik dan stand out. Praktik kombo stiker ini tidak hanya dilakukan antar seniman, bahkan kita sebagai partisipan atau penikmat sering kali melakukannya sendirian. Pintu kamar, jendela rumah, helm, motor, mobil, hingga laptop menjadi media untuk menempel. Ketika direfleksikan lagi, budaya menempel ini sudah menjadi bagian dari semua kalangan usia dan kelas sosial. Istilah stiker juga digunakan dalam dunia digital, berbagai platform berkirim pesan membuat fitur untuk membuat dan berbagi stiker. Sering kali berbalas pesan hanya dengan stiker-stiker yang bahkan kita tidak tahu entah dari mana stiker itu berasal dan siapa kreatornya. Pada akhirnya, suara-suara makro dari para seniman stiker ini menjadi letupan-letupan yang masif dan mewakili banyak suara lainnya. Relasi dan perspektif dibangun kemudian tenggelam dalam bisingnya kota dan dunia.
Pada program ini, kami mengajak partisipasi publik untuk ikut menggambar atau mencetak di atas kertas stiker yang kami sediakan. Baik manual atau digital (kami juga menyediakan printer) bisa turut berpartisipasi di lokasi. Rabu, 25 Mei 2022, pukul 14:00 – 22:00 WIB di Taman 0 KM, Tulungagung.
Paste it Here, There, Everywhere — Let’s Draw and-or Print on Sticker Paper | On The Spot – Showcase – Talkshow – Acoustic Performance