Layar Berkembang, Kemudi Diputar

Exhibition, Screening, and Program

1-11 April 2021

Layar Berkembang, Kemudi Diputar adalah program bergaya biennale yang dijalankan oleh Gulung Tukar dari Januari hingga Juni 2020. Program ini membuka panggilan terbuka dan tertutup untuk karya serta film. Beberapa seniman partisipan kemudian menjalani proses riset dan residensi yang merespons Tulungagung sebagai ruang spesifik, beserta dinamika sosial dan spasialnya.

Acara utama berlangsung pada 1–11 April 2021, menampilkan total 25 karya seni, 27 film, dan 19 program harian. Karya-karya yang ditampilkan beragam, melintasi berbagai medium dan disiplin, dengan pendekatan eksperimental maupun kontemporer. Para seniman yang terlibat tidak hanya berasal dari Tulungagung, tetapi juga dari berbagai kota seperti Sidoarjo, Yogyakarta, Bandung, dan lainnya.

Film yang ditayangkan juga beragam, mencakup film panjang, pendek, pelajar, hingga restorasi dalam berbagai genre. Film-film ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk dari luar Pulau Jawa seperti Aceh, Lombok, hingga Palu.

Program harian dalam kegiatan ini meliputi talkshow, lokakarya, serta pertunjukan yang bersifat edukatif dan menghibur. Program ini ditujukan untuk menjangkau masyarakat luas sebagai bagian dari komitmen Gulung Tukar dalam menciptakan ekosistem seni budaya yang inklusif dan setara bagi semua.

Layar Berkembang, Kemudi Diputar (The Sail is on Board, the Steering Wheel is Rotating) is a biennale-style program by Gulung Tukar that ran from January to June 2020. This program included both open and closed calls for artistic works and films. Some participating artists conducted research and residency projects that responded to Tulungagung as a specific site, considering its social and spatial dynamics.

The main event took place from April 1–11, 2021, showcasing a total of 25 artworks, 27 films, and 19 daily programs. The artworks presented spanned various mediums and disciplines, embracing both experimental and contemporary approaches. The participating artists were not only from Tulungagung but also from other cities such as Sidoarjo, Yogyakarta, Bandung, and more.

The films screened covered a wide range of types, including feature-length, short films, student works, and restoration projects, spanning multiple genres. These films came from various regions in Indonesia, including areas beyond Java, such as Aceh, Lombok, and Palu.

The daily programs featured talk shows, workshops, and performances that were both engaging and educational. This initiative aimed to reach a broader audience as part of Gulung Tukar’s commitment to fostering an inclusive and equitable cultural arts ecosystem for all.