Salsabilla Cindy
Keseimbangan Hidup Manusia dan Alam di Alun-Alun Kota Blitar, 2024

Print on Photo Paper, Mounted on PVC board
Variable Dimension

Masyarakat Blitar sudah tidak asing lagi dengan ‘Burung Kuntul’ atau biasa disebut ‘Burung Blekok’. Burung ini termasuk hewan yang dilindungi, karena keberadaannya di Indonesia yang sudah terancam punah. Namun, di Kota Blitar, tepatnya di Alun-Alun Kota Blitar, keberadaan burung ini sangat mendominasi. Mungkin bila dihitung, populasi burung ini di Alun-Alun Kota Blitar mencapai ribuan. Habitatnya yang berada di pusat kota, tentu menjadi pertanyaan besar. Kok bisa burung yang seharusnya hidup di tempat dekat perairan ini mampu bertahan hidup di tengah kota? Di tempat wisata pula?

Masyarakat Blitar sebenarnya sudah tidak nyaman dengan keberadaan burung ini. Alih-alih mempercantik pemandangan justru dianggap meresahkan karena bau kotorannya. Bau amis yang muncul dari kotoran burung menyelimuti area Alun-Alun Kota Blitar. Bagaimana tidak, kotoran ini berceceran di berbagai sisi bahkan sudut Alun-Alun. Pohon beringin yang menjadi tempat tinggal pilihan mereka. Sehingga tak jarang wisatawan yang berteduh atau berada di sekitar pohon beringin pasti akan mendapatkan kejutan spesial dari burung ini, ya kotoran.

Tiba-tiba sesuatu terlihat melayang dengan elok di depan mataku. Dengan khas aromanya, aku bisa langsung menebak apa yang telah melintas tepat di depanku. Seketika aku dan temanku lari terbirit-birit karena takut dengan benda kecil itu. 

Pengalaman saya merasakan apa yang mayoritas masyarakat Blitar rasakan. Yaitu, kejatuhan rezeki, bukan uang, bukan emas, tapi tai burung yang melayang dan terjun bebas didepanku bersama daun-daun dan ranting-ranting yang jatuh karena telah rapuh dan terbawa angin lepas.

Namun diluar dari situ, kehadiran Burung Kuntul memiliki keunikan bagi Alun-Alun Kota Blitar. Kita tak akan bisa menemukan burung-burung ini tinggal dan berkoloni di alun-alun kota lain. Bahkan saya bisa melihat fenomena habitat Burung Kuntul hanya di Alun-Alun Kota Blitar. Sebelumnya saya hanya bisa melihat Burung Kuntul terbang dengan formasi yang tertata di langit, selebihnya saya tak tahu pemberhentian dan tujuan mereka kemana. Baru di Alun-Alun Kota Blitar pertanyaan tersebut terjawab.

Dalam tulisan ini, saya menawarkan sebuah perspektif baru dalam melihat fenomena Burung Kuntul di Alun-Alun Kota Blitar. Mengingat mereka adalah makhluk hidup, kita tidak berhak mengatur bagaimana mereka seharusnya hidup. Satu hal yang bisa kita lakukan sebagai sesama makhluk hidup adalah dengan menerima keberadaan mereka tanpa saling mengganggu dan tertanggu.

Sejarah Keberadaan Burung Kuntul di Alun-Alun Kota Blitar

Sebelum membahas lebih jauh keberadaan burung kuntul, alangkah lebih baik bila melihat sejarah bagaimana keberadaan burung ini. Saya masih ingat, saat masih kecil, sekitar 15 tahun yang lalu, burung-burung itu sudah hidup berkoloni di sana. Meskipun memang belum sebanyak saat ini, burung-burung itu sudah berumur dewasa dan berjumlah cukup banyak. Melihat banyaknya populasi burung itu saat saya sudah dewasa. Kemungkinan, burung-burung itu telah hidup lebih lama dibanding saya di Kota Blitar ini.

Sulit sekali atau bahkan tidak ada arsip mengenai sejak kapan keberadaan burung kuntul di Alun-Alun Kota Blitar. Namun, saya mencoba menelisik keberadaan burung tersebut melalui tempat mereka tinggal. Yakni, pohon beringin alon-alon pusat kota Blitar. 

Ficus Benjamina atau yang biasa kita sebut Pohon Beringin merupakan pohon yang sangat akrab dengan budaya asli Indonesia. Tumbuhan ini sering dianggap suci dan mampu melindungi penduduk sekitar. Beringin dianggap menjadi tempat kekuatan magis berkumpul. 

Ciri khas pohon beringin adalah bentuknya yang sangat besar dan berdaun rindang. Pertumbuhannya hanya membutuhkan waktu 3 bulan untuk mencapai tinggi 30 cm serta tumbuh daun sebanyak 8-10 helai. Pohon beringin mampu bertahan hidup hingga ratusan tahun. Karena itu, pohon ini menjadi tempat ternyaman bagi burung-burung untuk tinggal.


Aloon-Aloon Blitar tahun 1880 (Sumber: KITLV Universitas Leiden)

Keberadaan Alun-Alun Kota Blitar sendiri telah ada sejak zaman kolonial. Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en, Volkenkunde (KITLV) Universitas Leiden, menyimpan beberapa arsip fotografi mengenai Alun-Alun Blitar pada sekitar tahun 1880-1920. Dalam arsip fotografi tersebut menggambarkan suasana Alun-Alun Blitar yang sudah rindang.

Pelaksanaan ‘Rampogan Macan’ di Alun-Alun Blitar tahun 1890 (Sumber: KITLV Universitas Leiden)

Dalam foto itu, memperlihatkan suasana pelaksanaan ‘Rampogan Macan’ di Alun-Alun Blitar yang saat itu menjadi tradisi. Tampak Alun-Alun Blitar dikelilingi oleh pohon beringin dengan tinggi kurang lebih sepuluh kali tinggi manusia dewasa. Dapat diperkirakan pohon itu telah berumur ratusan tahun. Maka, dapat dipastikan bahwa pohon beringin itu sudah ada sejak zaman kolonial atau malah sebelumnya.

Lalu bagaimana sejarah alun-alun?

Pembangunan Alun-Alun Kota Blitar bersamaan dengan pembangunan pendopo agung yang berada tepat di sebelah utara alun-alun ini. Sebelumnya, pendopo ini berada di dekat sungai Pakunden.

Dalam tradisi Jawa, sebuah keraton beserta alun-alun yang telah rusak karena perang atau bencana telah kehilangan marwahnya, sehingga harus dibangun keraton baru. Tahun 1864, terjadi letusan Gunung Kelud yang sangat dahsyat dan meluluh lantahkan pendopo sebelumnya. Sehingga membuat Bupati Blitar memindahkan Pendopo Kadipaten ke wilayah Kepanjen Kidul yang saat ini menjadi kawasan Alun-Alun Kota Blitar.

Keberadaan burung kuntul di Alun-Alun Kota Blitar memang tidak dapat dipastikan secara tepat kapan awal mula keberadaan burung kuntul di Alun-Alun Kota Blitar. Namun, keberadaan pohon beringin yang sudah sangat lama menunjukkan bahwa kehidupan alam lebih dulu daripada manusia yang menempati tanah tersebut. Burung Kuntul selayaknya hewan, secara alamiah menjadikan pohon-pohon besar itu sebagai rumah mereka.

Keseimbangan Hidup antara Manusia dan Alam

Alun-Alun Kota Blitar dikelilingi pohon beringin. Tak hanya mempercantik pusat kota, pohon ini menarik perhatian karena mampu memberikan kesejukan bagi penikmat kerindangannya. Pohon beringin menjadi pelengkap di setiap sudut Alun-Alun Kota Blitar.

Tak hanya manusia, pohon ini turut mengambil perhatian hewan-hewan di sekitarnya untuk menjadi tempat persinggahan mereka. Burung Kuntul adalah salah satu penghuni tetap pohon beringin ini. Kehadiran Burung Kuntul menjadikan Alun-Alun Kota Blitar berbeda dan unik dibandingkan alun-alun kota lain.  Burung Kuntul seakan telah menjadi ciri khas  Alun-Alun Kota Blitar, terbukti pada dekorasi sekitar alun-alun yang dihiasi dengan gambar Burung Kuntul.

 Merespon keluh kesah masyarakat, Pemerintah Daerah tak berdiam diri untuk terus berusaha membuat alun-lun menjadi tempat yang nyaman. Pemerintah Daerah secara rutin melakukan pembersihan kotoran Burung Kuntul setiap hari. Beberapa hal mulai dari pembenahan infrastuktur hingga relokasi tata letak alun-alun juga telah dilakukan beberapa waktu terakhir. 

Relokasi yang dilakukan secara tidak langsung sedikit mampu mengontrol kotoran burung. Beberapa area tepatnya di sebelah timur alun-alun telah ditebang, di situlah sekarang tempat para pedagang berjualan. Area tersebut kini telah steril pohon, sehingga mereka tak lagi mengeluhkan kotoran burung lagi.

Di sebelah selatan, tepatnya kawasan pintu utama juga turut mengalami pembenahan. Beberapa tempat duduk untuk bersantai tak lagi diletakkan di bawah pohon beringin. Tempat duduk tersebut juga telah diberikan atap agar lebih aman dari kotoran. Alun-Alun Kota Blitar kini juga telah dilengkapi area bermain anak-anak, seperti air mancur dan taman yang semuanya tidak berada di bawah pohon sehingga aman dari kotoran Burung Kuntul.

*

Hubungan manusia dan alam di Alun-Alun Kota Blitar sangat menarik. Kita dapat melihat interaksi mereka yang menunjukkan adanya keseimbangan hidup antara manusia dengan alam.