Raihan Wahyu
Perjalanan ke Timur, 2024
Print on Canson Paper
Variable Dimension
Hari 1 (Kamis): Awal Perjalanan
Perjalanan kami ke Desa Pakel dimulai pada Kamis malam, saat saya dan teman saya, Jaek, berangkat dari Tulungagung dengan Honda Win 100. Kami melaju dengan semangat, berbekal Google Maps dan tas ransel penuh perlengkapan pribadi. Perjalanan panjang dan seru di depan mata.
Hari 2 (Jumat): Terjatuh dan Bangkit Lagi
Setelah berhenti sejenak karena hujan, kami berangkat lagi menuju Dampit, Malang, pada pukul 1 dini hari. Jalanan yang berliku dan dikelilingi pepohonan besar menemani perjalanan kami sampai subuh tiba di Dampit. Setelah berhenti untuk sholat dan istirahat, kami melanjutkan perjalanan ke Jember untuk bertemu dengan teman-teman solidaritas. Di Lumajang, kami melewati desa mati, daerah yang terdampak letusan Gunung Semeru. Di tengah perjalanan, kami berhenti untuk makan, lalu melanjutkan perjalanan menuju rumah Nopal di Jember. Kami tiba di sana sekitar pukul 11.30 siang, di mana saya bertemu dengan teman-teman dari Blitar.
Setelah beristirahat sebentar, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Pakel. Saat melewati Alas Gumitir, kuda besi kami mengalami overheat, menyebabkan kami sering tertinggal dari rombongan. Namun, kami berhasil menaklukkan jalur yang dikenal angker ini. Di Glenmore, saya dan Jaek terjatuh karena debu jalan masuk ke mata saya. Beruntung, teman-teman membantu kami hingga kami bisa melanjutkan perjalanan ke Desa Pakel.
Hari 3 (Sabtu): Peringatan 2 Tahun Melawan Penguasaan Lahan
Kami bangun pagi di Desa Pakel untuk merayakan 2 tahun perlawanan dengan potong tumpeng dan doa bersama. Makanan yang disajikan berasal dari hasil panen warga, menciptakan suasana yang hangat dan penuh kebersamaan. Kami juga merayakan ulang tahun Lutfiana, salah satu teman kami, dengan cara yang sederhana namun penuh makna. Setelah acara, kami kembali ke rumah Pak Putri untuk istirahat.
Hari 4 (Minggu): Workshop dan Diskusi
Hari Minggu dimulai dengan sarapan di sawah belakang rumah, memberikan suasana yang syahdu. Kami menuju posko untuk mempersiapkan acara workshop dan diskusi. Saya dan teman-teman membantu warga mempersiapkan lokasi, sementara yang lain membantu di dapur dan konsumsi. Kami tak pernah merasa lapar, selalu ada makanan yang ditawarkan oleh warga yang ramah. Di tengah kesibukan, kami menemukan waktu untuk menyegarkan diri dengan mandi di sungai yang jernih, meskipun saya tidak bisa ikut karena luka di kaki. Kami juga mengunjungi perkebunan warga dan bertemu Pak Waris, seorang penjaga perkebunan dengan cerita menarik. Malam harinya, ada acara diskusi dengan narasumber dari berbagai tempat yang berbagi pengalaman serupa dengan warga Pakel.
Hari 5 (Senin): Hari Terakhir di Pakel
Hari terakhir di Pakel dimulai dengan menanam bibit pohon bersama warga di daerah Pongkor, area yang terkena dampak persengketaan tanah. Menyaksikan keindahan hutan dan sungai yang jernih, saya merasa betapa pentingnya menjaga lingkungan ini dari ancaman pembangunan yang merusak. Setelah menanam bibit, kami kembali ke posko untuk bersiap menghadapi acara malam hari, yang mencakup pameran arsip dan panggung rakyat. Warga menyambut kami dengan makanan dan keramahan yang luar biasa.
Hari 6 (Selasa): Perjalanan Pulang
Setelah menyelesaikan perayaan 2 tahun kependudukan, saya dan teman-teman bersiap untuk pulang. Perjalanan pulang dipenuhi dengan kejadian yang tak terduga, termasuk kecelakaan kecil dan tersesat di jalan yang berbeda dari yang kami tempuh saat berangkat. Namun, perjalanan ini juga memberikan pemandangan indah dan pengalaman yang tak terlupakan.
Hari 7 (Rabu): Kembali ke Rumah
Hari terakhir perjalanan membawa kami melalui jalan yang berbeda, memasuki kawasan Bromo yang indah namun juga menantang. Kami menemukan tempat untuk beristirahat dan menikmati pemandangan, sebelum akhirnya tiba di Blitar pada pukul 7 malam. Meskipun perjalanan ini penuh dengan tantangan dan kejadian tak terduga, pengalaman dan persahabatan yang kami dapatkan membuat semuanya berharga.