Hikayat Ampas Kopi

Berangkat dari pengamatan ekosistem seni rupa Tulungagung yang tidak lepas dari relasi subjek-subjek, yang membangun ekosistem tersebut. Salah satu upaya dalam membaca wacana dan ekosistem seni rupa Tulungagung antara lain dengan menuliskan kisah dan proses kreatif kesenian serta kesenimanan. Tentu saja dengan asumsi melacak kuasa, hegemoni, dan wacana apa yang sedang bekerja di balik ekosistem seni rupa di kota ini. Makde Dandik merupakan satu dari beberapa subjek (perupa) yang turut andil dalam membangun wacana diskursus seni rupa di Tulungagung. Menarasikan seputar Makde Dandik dengan dunia seni rupanya, setidaknya dapat mengartikulasikan sejauh mana tarik ulur pergerakan seni rupa Tulungagung yang sepatutnya untuk dicermati lebih jauh lagi.

Untuk proses pengamatan dan analisa subjek, saya mulai sejak 1 September 2020. Namun, pengamatan secara sekilas sudah saya lakukan sejak awal bulan Juli 2020, berdasarkan intensitas saya berjumpa dengan beliau. Untuk proses pengerjaan secara teknis, arsip ini dikerjakan sekitar 11 hari. Pemotretan karya dimulai pada 12-14 September 2020. Kemudian dilanjutkan dengan penyuntingan foto dan penulisan teks pada 15-19 September 2020. Tepat 20 September 2020, finishing dan layouting teks.

Febriyan Stevanus Kurniawan

Febriyan Stevanus Kurniawan biasa disapa Pepi. Kelahiran Tulungagung yang kebetulan doyan nguri-nguri bab seni, masyarakat, dan musik. Pemuja kuah kaldu dan masakan pedas. Saat ini sedang menyelesaikan studi pascasarjana di Universitas Sanata Dharma, Program Studi Kajian Budaya. Berkeseniannya tidak jauh dari musik jazz, orchestra, dan pop.

Download PDF

Febriyan Stevanus Kurniawan

Safe Space for an Inclusive Cultural Arts Ecosystem

Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia