Baledesaku, Baleseniku
Baledesaku Baleseniku merupakan sebuah kegiatan yang diadakan oleh pemuda Desa Pulosari pada pertengah tahun 2016. Berawal melihat adanya potensi, khususnya pada bidang seni, sekumpulan pemuda desa berinisiatif untuk membuat kegiatan ini sebagai wadah menuangkan ekspresi bagi para pelaku seni.
Nama Baledesaku Baleseniku muncul atas saran dari salah satu anggota tim mereka, yaitu Mas Pris. Tahun 2015, Mas Pris kebetulan sedang di Ponorogo bertemu dengan Mas Aziz. Beliau juga pernah mengadakan acara yang hampir sama. Akhirnya ide nama Baledesaku Baleseniku itu mengadaptasi dari kegiatan yang digagas oleh Mas Aziz.
Para pemuda juga belajar bagaimana mengelola pementasan. Mulai dari konsep pementasan, penataan panggung, pendanaan, perizinan, hingga pengisi acara. Hal ini harus dipersiapkan dengan matang, sebab kegiatan ini digelar setiap satu bulan sekali, tepatnya pada minggu ke 3. Baledesaku Baleseniku sendiri diselenggarakan di Balaidesa Pulosari, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung.
Selain sebagai wadah untuk menyalurkan ekspresi, Baledesaku Baleseniku merupakan sebuah wujud kritik untuk pemerintah desa, yang pada saat itu acuh dengan kegiatan kepemudaan, salah satunya pada bidang seni. Bermodal tekad bersama, akhirnya mereka memutuskan untuk pentas perdana pada 23 April 2016.
Adi Telo adalah ketua pertama Baledesaku Baleseniku. Kami bertemu di kediamannya yang terletak di Desa Pulosari Kecamatan Ngunut, pada 3 September 2020. Setelah itu, masih di hari yang sama, saya melanjutkan wawancara dengan Nanang Subekti, ketua kedua pada program ini. Pada 4 September 2020 saya menemui Ebrin, ketua ketiga untuk melakukan wawancara. Terakhir saya berkunjung ke rumah Maman, ketua keempat, pada 5 September 2020.
Minggu kedua saya mencari data terkait foto pementasan, pamflet, proposal acara dan tulisan yang pernah dimuat di media sosial (blog, facebook, instagram). Dalam proses pencarian ini saya sedikit mengalami kendala karena harus mencari arsip-dokumen yang saya anggap penting.
Pada minggu ketiga ini saya mulai merangkai artikel dengan hasil wawancara dan penggalian informasi yang telah saya temukan. Pun pada minggu ini saya telah menyusun laporan yang diberikan dari pihak Gulung Tukar.
Gybrellyn Stea Loudry
Gybrellyn Stea Loudry biasa dipanggil Ebrin. Ia lahir di Tulungagung, 27 Januari 1995. Anak pertama dari dua bersaudara ini adalah pelaku seni di Paguyuban Reyog Ponorogo Cahaya Budaya Ngunut. Saat ini, ia menjadi salah satu pengurus di Dewan Kebudayaan Tulungagung (2020-2025). Selain menempuh pendidikan di Universitas Bhinneka PGRI Tulubgagung, Ebrin sedang bergelut dengan dunia cocok tanam, khususnya budidaya sayur non-kimia di pekarangan rumah.