Proyek residensi Gulung Tukar (Tulungagung) di Ruang Atas (Sukoharjo) untuk Pekan Kebudayaan Nasional 2023,
dalam Silang Residensi Lawatan Jalan Terus, kuratorial Sedekah Bumi Project.

Terinspirasi oleh Bekonang, sebuah wilayah dengan sejarah panjang dan berkelanjutan, proyek ini berusaha menggali konsep kebertahanan dari perspektif sosial; budaya; dan ekonomi, dengan fokus pada kolektif seni. Kami mengajak pelaku seni dan masyarakat umum untuk terlibat menyampaikan gagasan, kegelisahan, dan pesan terkait kolektif seni dalam bentuk stiker. Stiker-stiker itu kemudian akan ditempelkan di dalam drum bekas penyulingan. Proyek ini bertujuan untuk membangun diskusi tentang hubungan kolektif seni dangan modal sosial, kultural, dan ekonomi serta strategi yang digunakan untuk bertahan dan berkembang dalam ranah seni. Untuk itu kami sangat mengharapkan kesukarelaan dan kedermawanan audiens untuk berpartisipasi. Bagikan suaramu, mari bersama-sama meramu strategi kebertahanan dan keberlanjutan!

Yuk, mari urun tempel! Di sini, kamu bisa turut meramaikan proyek ini dengan cara super simpel, yaitu dengan buat dan tempel stiker. Stiker itu bisa berisi pesan apa aja yang kamu ingin sampaikan tentang kelompok seni, bagaimana kolektivitas itu berjalan; gogon (gosip-gosip underground); sambatan skena; atau mungkin pesan positif buat temen-temen kolektif lainnya. Gak perlu jaim, tunjukan kebolehanmu berbagi kata-kata, desain, hingga meme! Nanti stiker-stiker kita akan jadi bagian dari karya seni yang (insoawoh) keren, hihihi. Jadi, ayo turut serta dan bikin suaramu terbaca!

Gagasan karya ini berangkat dari riset awal tentang Bekonang, kelokalan yang paling dikenal di Sukoharjo. Jauh sebelum dikenal karena sentra industri alkoholnya, Bekonang memiliki sejarah panjang dan kebertahanan yang kuat. Wilayah ini hadir, berubah, dan berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan zaman. Dibentuk sejak era Majapahit, menjadi Kawedanan pada pra kemerdekaan, menjadi kecamatan, hingga kini sebuah desa. Bukan sekadar nama yang tersisa, tetapi situs; kepercayaan; tradisi; bahkan berkembang menjadi ikon kota dan sekitarnya.

Bekonang hari ini juga memantik pemikiran kami tentang strategi keberlanjutan atau sustainability. Cara warga mengelola produknya (alkohol) ini layak untuk dicermati. Alkohol ini menjadi industri rumahan berupa ketrampilan warga untuk mengelola penyulingan tetes tebu menjadi alkohol. Selain untuk kebutuhan industri medis, alkohol Bekonang juga kita kenal menjadi minuman fermentasi bernama Ciu. Sisa produksi dari Ciu ini pun ada yang kemudian menjadi pupuk ada pula yang menjadi limbah (kotoran) akhir. Industri ini turun temurun, sudah dimulai sejak sebelum kemerdekaan.

Keberlanjutan suatu hal tentu dipengaruhi oleh apa yang ada di sekitarnya. Sebagai sebuah entitas sosial, berdiri sendiri adalah sebuah kemustahilan. Terlebih pada kebudayaan ketimuran yang selalu digadang-gadang solidaritasnya, kebersamaan, kerukunan, dan gotong royongnya. Begitupun praktik kolektif dalam ranah seni budaya yang berkembang masif dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia memiliki sejarah panjang dan berkelanjutan dengan praktik-praktik bekerja berkelompok seperti ini.

Kita bisa melihat beberapa kolektif telah melampaui umur yang panjang, pun banyak kolektif yang berusia muda tumbuh sporadis hari ini. Perjuangan setiap kelompok atau kolektif seni ini pun dipengaruhi oleh kondisi ranahnya. Ranah yang saling berkelindan dengan beragam skala dan kepentingannya. Kolektif di suatu kota, selain menjadi bagian dari ranah seni kotanya, juga menjadi bagian dari ranah yang lebih luas. Semakin luas dengan percepatan teknologi informasi hari ini. Sekat-sekat pemusatan kian hari kian dihantam, dileburkan dengan pola kerja yang terdesentral dan terdistribusi.

Kondisi yang semakin terbuka, meleburkan batas-batas yang ada sebelumnya ini perlu diimbangi dengan memunculkan strategi-strategi untuk mengakumulasi dan mengonversi modal. Baik itu ekonomi, sosial, maupun kultural; kolektif seni secara sadar atau tidak memperjuangkan dan memperebutkannya. Jejaring yang dibangun adalah bentuk akumulasi modal sosial, mengikuti kelas; studi; melakukan riset menjadi modal kultural; modal ekonomi didapatkan dengan mencari pendanaan, sponsor, hingga menjual karya.

Pada proyek dan karya ini kami ingin membangun diskursus tentang keterikatan kita, sebagai kolektif, dengan jenis-jenis modal yang ada. Strategi perjuangan kolektif seperti apa yang kemudian dimunculkan untuk bertahan dan berkembang. Diskursus ini paling tepat dimulai dengan memetakan permasalahan dan kegelisahan apa yang dihadapi oleh para pelaku seni, baik individu atau kelompok, terkait perjuangan mengakumulasi dan mengonversi modal. Termasuk di dalamnya permasalahan dan kegelisahan di ranah seni terdekatnya.

Material utama dari karya ini adalah drum yang sebelumnya digunakan oleh salah satu produsen alkohol di Bekonang untuk proses penyulingan. Drum dengan bercak tetes tebu ini menyiratkan proses yang telah dilalui Bekonang sebagai sebuah wilayah yang terus bertahan dan berkembang. Di dalam drum tersebut akan terdapat stiker-stiker hasil dari aktivasi program Paste It. Kami mengajak pelaku seni budaya, terutama teman-teman yang tergabung dalam kolektif atau kelompok seni, untuk berpartisipasi urun rembug, sambatan, gagasan, kegelisahan, sudut pandang terkait permasalahan kolektif dan strategi yang pernah diujicoba.

Stiker ini merupakan sub-genre dari grafiti dan street art yang awalnya erat dengan aktivisme serta praktiknya menunjukan suatu pergerakan. Stiker yang diikutsertakan bentuknya bisa beragam, dari kutipan teks, desain, hingga meme. Media ini kami pilih karena bentuknya yang kecil memberi kemampuan mobilitas tinggi, bisa tersebar ke manapun termasuk ke tempat yang sangat sempit sekalipun. Stiker-stiker ini akan menjadi perpanjangan suara dan kegelisahan teman-teman kolektif terutama di Solo Raya.

Kami ingin mengajak para pelaku seni dan publik untuk berhenti sejenak dan merefleksikan apa yang telah dilakukannya baik sebagai individu atau kolektif. Obrolan-obrolan apa yang pernah hadir, baik di ruang-ruang sadar atau setengah sadar. Sambatan apa yang muncul dalam bergelas-gelas kopi atau berbotol-botol minuman fermentasi. Sambatan yang jujur, mengabaikan batas kesadaran, tetapi seringkali meninggalkan jejak untuk direspons kembali suatu saat nanti. Kami menyediakan 3 buah drum yang masing-masing sesuai kategori modal yang ada: sosial, kultural, dan ekonomi.

Stiker-stiker itu ditempelkan di bagian dalam drum. Kami ingin menunjukkan kegelisahan, gagasan, hingga kritik yang tentu sangat banyak tapi teredam oleh berbagai kepentingan. Karya ini akan interaktif dalam beberapa hal. Audiens akan diminta untuk memasukkan bagian kepalanya ke dalam drum yang di dalamnya tertempel stiker dan digantung terbalik. Kemudian terdapat microphone yang akan menangkap suara audiens ketika membaca kutipan atau bahkan turut menyampaikan kegelisahannya. Alat tersebut akan merekam dan merubahnya ke dalam bentuk teks yang ditampilkan pada holofan di luar, di tengah-tengah ketiga drum.

© Riset Benny Widyo
Strategi Perjuangan Kolektif dalam Ranah Seni Jawa Timur:
Studi Kasus Biennale Jatim 8 dan IX 

© Riset Benny Widyo
Strategi Perjuangan Kolektif dalam Ranah Seni Jawa Timur:
Studi Kasus Biennale Jatim 8 dan IX 

Sosial

  1. Apakah kamu suka bersosialisasi?
  2. Apakah kamu suka dengan relasi baru?
  3. Bagaimana cara kamu beradaptasi dengan orang-orang yang baru bertemu?
  4. Apakah lingkungan sosial di kolektif/ komunitasmu menjadikanmu berkembang?
  5. Kenapa kamu masih bertahan di kolektif/ komunitasmu?

Kultural

  1. Apa disiplin kolektif/ komunitasmu?
  2. Apa yang sudah kamu dapatkan ketika kamu berada di kolektif/ komunitasmu?
  3. Apa yang sering dibahas ketika sedang berkumpul?
  4. Adakah cara/ pola kerja yang salah/ tidak sehat di dalamnya?
  5. Cara/ pola kerja bagaimana yang menurutmu efektif untuk kolektif/komunitasmu?

Ekonomi

  1. Sudah pernah kah kolektif/ komunitasmu mendapatkan dana hibah/ funding?
  2. Pendanaan dari mana yang kalian dapat untuk (jika ada) membayar studio/ basecamp kolektif/ komunitas?
  3. Apakah kolektif/ komunitasmu pernah menjual sesuatu (merch/ karya)?
  4. Strategi apa yang unik dan pernah-sedang kamu atau kolektifmu lakukan untuk mendapatkan pemasukan?

Bagi yang ingin menempelkan stikernya secara langsung sekaligus terlibat pada sesi diskusi, silakah hadir pada:

Bagi yang tidak bisa hadir di sesi Slaps on the Spot bisa mengirimkan stikernya ke:

Batas akhir:
8 Oktober 2023

Narahubung
0819-1766-7746 (Agustin)

DIGITAL
Email: surel@gulungtukar.org – Subject: Paste Inside
Tulis keterangan nama, domisili, no whatasapp, dan akun media sosial

FISIK
Sub-Studio – Jl. Kartika No.6, RT.01/RW.19, Sanggrahan, Kec. Jebres, Kota SurakartaAda di Google Maps

Sketsa karya, draft 1.0 — akan dipamerkan di Galeri Nasional 20-29 Oktober 2023
TONG KOSONG NYARING BUNYINYA (2023) — Interactive Installation, Mix Media
Akan kami cantumkan nama-nama partisipan yang terlibat urun tempel pada program Paste Inside